Serangan siber dari Cina dan Iran (Ilustrasi)
Mei adalah bulan suram bagi keamanan siber
Amerika Serikat. Pertama, pemerintahan Obama menuduh Cina membobol
komputer pemerintah, kemungkinan besar mengeksploitasi kelemahan di
militer AS. Lalu, pejabat AS mengumumkan bahwa sejumlah peretas, diduga
disponsori pemerintah Iran, sukses menembus jaringan komputer yang
mengoperasikan sistem perusahaan-perusahaan energi AS, memberi alat bagi
Iran untuk menyabotase pembangkit listrik negara.
Pekan ini,
Washington Post
melaporkan bahwa mata-mata siber Cina telah meretas lebih dari dua
puluhan nama besar dalam program persenjataan AS, di antaranya jet
tempur F-35, program angkatan darat untuk menjatuhkan serangan rudal
antarbenua, dan proyek kapal tempur AL AS, Littoral Combat.
Tidak
semua ancaman siber memiliki bahaya sama besar, namun pertanyaan
besarnya adalah: Siapa yang memiliki peluang ancaman lebih berbahaya,
peretas Cina atau Iran?
Saat ini peretas Cina memang menyedot
perhatian publik lebih besar didorong pemberitaan media di AS, terkini
adalah laporan mendalam
New York Times pada Februari lalu.
Laporan
itu menuturkan operasi peretasan sangat rahasia oleh pemerintah
berbasis di Sanghai, dan juga serangan berasal dari Cina terhadap
profil-profil kakap, termasuk sejumlah media di AS.
Hanya saja
sejumlah pakar menyebut meski Cina memiliki kemampuan lebih besar untuk
melakukan perang siber dan terus aktif mencuri rahasia-rahasia AS,
serangan Iran dinilai mutlak bisa lebih mengkhawatirkan. Alasannya
peretas negeri Persia itu langsung menyerang infrastruktur vital dan
mengembangkan kemampuan yang memicu kerusakan serius dalam sistem
listrik dan tenaga di AS.
"Cina terlibat dalam mata-mata siber,
mungkin bisa dipahami," ujar kepala pejabat keamanan di Mandiant yang
menjadi konsultan ratusan perusahan, Richard Bejtlich. "Kita bisa tahu
batas mana yang akan mereka lewati dan mana yang tidak." imbuhnya kepada
Mother Jones, Kamis (30/5)
"Namun
Iran, negara ini lebih menginginkan kerusakan. Mereka jalan terus dan
dan menghapus semua sistem komputer, mereka mengkorupsi semua data dan
sistem, menyebabkan banyak masalah."
Pakar keamanan siber dari
Center for Strategic and International Studies (CSIS), James Lewis, yang
beberapa kali menjadi konsultan Gedung Putih, juga mengamini pendapat
Bejtlich. "Serangan Iran terhadap infrastruktur vital bisa jadi ancaman
paling besar, Iran jauh lebih tidak stabil dan tidak bisa dipastikan."